JAKARTA--Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengklaim proses penyelidikan kasus dugaan korupsi proyek pembangunan Kereta Cepat Jakarta-Bandung atau WHOOSH masih terus berlangsung dan progresif. Meski enggan mengungkap detil, lembaga antirasuah tersebut mengklaim seluruh nama yang dipanggil untuk dimintai keterangan bersikap kooperatif atau memenuhi panggilan.
Namun, apakah penyelidik KPK juga akan memeriksa Presiden ke-7 Joko Widodo (Jokowi) dan Ketua Dewan Ekonomi Nasional Luhut Binsar Pandjaitan? Kedua nama ini belakang turut memberikan komentar tentang proyek yang menyebabkan kerugian pada PT KAI sebesar hampir Rp1 triliun hanya pada Semester I 2025. Angka tersebut bisa terus meningkat.
"Penyelidikan masih berjalan dan kita masih mengundang ya pihak-pihak yang diduga mengetahui konstruksi perkara ini. Pihak-pihaknya siapa saja, dari pihak mana, itu belum bisa kami sampaikan," kata juru bicara KPK Budi Prasetyo dikutip, Sabtu (01/11/2025).
"Dalam penyelidikan perkara terkait dengan KCIC, tim penyelidik melakukan permintaan keterangan dengan mengundang sejumlah pihak, tentunya pihak-pihak yang diduga mengetahui konstruksi perkara ini. Sehingga dari setiap keterangan, informasi, dan konfirmasi yang disampaikan kepada tim penyelidik tentunya akan sangat membantu untuk mengungkap perkara ini."
Meski demikian, dia mengklaim tak bisa membocorkan daftar nama orang yang memberikan keterangan soal proyek pada PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) tersebut. Dia pun enggan mendetilkan soal jabatan dari nama-nama yang telah membantu KPK memperjelas konstruksi dugaan korupsi pada proyek Whoosh.
"Sejauh ini pihak-pihak yang sudah diundang dan dimintai keterangan kooperatif. Ya artinya ini juga menjadi langkah positif dalam penyelidikan perkara ini," kata Budi.
"Dan tentunya ini masih akan terus bergulir ya, karena tim masih akan terus menelusuri pihak-pihak lain untuk mengumpulkan keterangan-keterangan yang dibutuhkan dalam tahap penyelidikan."
Sekadar catatan, konsorsium proyek Whoosh melibatkan sejumlah BUMN, antara lain PT KAI, PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA), dan PT Jasa Marga (Persero) Tbk (JSMR). Total nilai investasi proyek ini mencapai US$7,2 miliar, termasuk pembengkakan biaya (cost overrun) sekitar US$1,2 miliar.
Proyek dibiayai melalui skema 75% pinjaman dari China Development Bank (CDB) dan 25% setoran modal pemegang saham, yakni PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) sebesar 60% serta Beijing Yawan HSR Co. Ltd. sebesar 40%.
Beban utang Whoosh ini juga berdampak pada kerugian yang diderita KAI. KAI masih menanggung kerugian hampir Rp1 triliun dari operasional Kereta Cepat Whoosh sepanjang semester I-2025. (**)

0 Komentar