Istano Kerajaan Pagaruyung,Sejarah,Letak Dan Pendirinya di Sumatera Barat.
Minangkabau Sumbar News.Com.Padang-Mengenang Sejarah Kerajaan Pagaruyung di Minangkabau memiliki daya tarik tersendiri dalam sejarah dan kebijakan politik di daerah tersebut, terutama dalam memfasilitasi reunifikasi masyarakat Minangkabau dengan pemerintah pusat Jakarta setelah peristiwa pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). Senin (5/5/2025)
Ditetapkannya Kerajaan Pagaruyung sebagai simbol memberikan gambaran tentang bagaimana masa lalu kerajaan tersebut diinterpretasikan sebagai upaya harmonisasi reunifikasi bangsa setelah perang saudara yang terjadi antara tahun 1958 hingga 1961.
Penasaran dengan sejarah, letak, dan pendiri Kerajaan Pagaruyung? Simak sampai akhirnya.
Sejarah Kerajaan Pagaruyung
Dikutip dari laman resmi Universitas Sains dan Teknologi Komputer, asal usul nama Pagaruyung sebagai sebuah kerajaan tidak dapat dipastikan dari Tambo yang diterima oleh masyarakat Minangkabau. Meskipun beberapa prasasti yang ditinggalkan oleh Adityawarman menunjukkan bahwa dia memang pernah menjadi raja di negeri tersebut, tepatnya sebagai Tuan Surawasa, seperti yang diinterpretasikan dari Prasasti Batusangkar.
Pada tahun 1347, Adityawarman memproklamirkan diri sebagai raja di Malayapura. Ia adalah putra Adwayawarman, sebagaimana tercantum dalam Prasasti Kuburajo, dan putra Dara Jingga dari Kerajaan Dharmasraya seperti yang disebut dalam Pararaton. Selama pemerintahannya, Adityawarman kemungkinan memindahkan pusat pemerintahannya ke daerah pedalaman Minangkabau setelah berperang bersama Mahapatih Gajah Mada menaklukkan Bali dan Palembang.
Dari prasasti Suruaso yang beraksara Melayu, Adityawarman menyelesaikan pembangunan selokan untuk mengairi taman Nandana Sri Surawasa, yang sebelumnya dibuat oleh pamannya, Akarendrawarman, raja sebelumnya. Prasasti ini menunjukkan adanya adat Minangkabau yang kemungkinan baru diterapkan oleh Kerajaan Pagaruyung setelah beradaptasi dengan lingkungan sekitar, termasuk wilayah Luhak Nan Tigo.
Adityawarman dikirim untuk menaklukkan daerah-daerah penting di Sumatera sebagai raja bawahan (uparaja) dari Majapahit. Meskipun prasasti-prasasti yang ditinggalkannya tidak menyebutkan Bhumi Jawa, berita Tiongkok mencatat bahwa Adityawarman mengirimkan utusan ke sana sebanyak 6 kali antara tahun 1371 dan 1377.
Setelah kematiannya, Majapahit kemungkinan mengirim ekspedisi pada tahun 1409 untuk menaklukkan kerajaan ini. Legenda Minangkabau mencatat pertempuran sengit dengan tentara Majapahit di daerah Padang Sibusuk, tempat yang konon dinamakan demikian karena banyaknya mayat.
Sebelum berdirinya kerajaan ini, masyarakat Minangkabau sudah memiliki sistem politik berbasis konfederasi dari berbagai Nagari dan Luhak. Ini menunjukkan bahwa kerajaan Pagaruyung merupakan perubahan sistem administrasi bagi masyarakat setempat.
Wilayah Kerajaan Pagaruyung
Wilayah Minangkabau meliputi dataran tinggi pedalaman Sumatera di mana rajanya tinggal, juga wilayah pantai timur Arcat (antara Aru dan Rokan) hingga ke Jambi dan kota-kota pelabuhan di pantai barat seperti Panchur Barus, Tiku, dan Pariaman.
Tanah Indragiri, Siak, dan Arcat juga dianggap bagian dari wilayah Minangkabau, dengan Teluk Kuantan sebagai pelabuhan utama raja Minangkabau. Namun, sebagian daerah rantau seperti Siak (Gasib), Kampar Pekan Tua, dan Indragiri kemudian lepas dan ditaklukkan oleh Kesultanan Malaka dan Kesultanan Aceh.
Batas utara wilayah Minangkabau adalah Sikilang Aia Bangih, yang sekarang berada di Pasaman Barat dan berbatasan dengan Natal, Sumatera Utara. Terdapat juga wilayah lain seperti Taratak Aia Hitam di Bengkulu, Durian Ditakuak Rajo di Kabupaten Bungo, Jambi, dan Aia Babaliak Mudiak di hilir sungai Kampar, Kabupaten Pelalawan, Riau sekarang.
Pendiri Kerajaan Pagaruyung
Dilansir dari Repository Universitas Negeri Medan, berdasarkan prasasti yang ditemukan seperti prasasti Kubu Rajo, prasasti Pagaruyung, dan Prasasti Suroaso, Adityawarman (1347 - 1375) adalah pendiri dan raja pertama Kerajaan Pagaruyung. Dia berasal dari keluarga kerajaan Darmasraya (Melayu) dan sebelumnya adalah panglima perang Majapahit.
Sejak Awalnya, Kerajaan Pagaruyung yang dipimpin oleh Adityawarman mengikuti agama Buddha. Pada abad ke-16, kerajaan ini beralih menjadi Islam di bawah kepemimpinan Sultan Alif, Mengenang Sejarah Istano Pagaruyung.
((Oleh:Alri Marajo)
Minangkabau Sumbar News.Com
Komentar
Posting Komentar